Aku pun tidak tahu hal menyakitkan yg menurut orang lain itu sekedar bercanda atau serius. Tapi hal yg menyinggung hatiku dan membuat hatiku terhentak, menurut aku itu adalah kejahatan. Di dalam pikiranku hanya "kok orang ini jahat ya sama aku". aku tidak tahu seberapa kapasitas kekecewaaan seseorang, mungkin berbeda2, apa yg aku rasakan belum tentu orang lain rasakan. itulah kenapa perlunya menjaga atau menghargai perasaan orang lain. Aku selalu berpikir lebih baik tidak mengungkapan amarah daripada amarah berubah menjadi pecah. Tetapi di 4 tahun berjalan perasaan kekesalan itu semakin menumpuk dan menumpuk. Akhirnya kesabaran berubah menjadi keikhlasan. Saya ikhlas bila tidak dengan dia daripada hati tersakiti. seketika itu pasangan saya kaget dan tidak pernah menyangka saya akan meninggalkan dia. Tidak ada marah ataupun dendam. Tetapi waktu bertemu terakhir kali saja saya merasa eneg melihat mukanya, karena dalam hatiku hanya melihat sesosok orang jahat yg sering menyakiti dengan mulutnya yg tajam. Dan anehnya dia menyesal sambil sujud2 dan memohon meminta maaf sambil menangis tersedu2, saya bingung. Saya hanya bisa memaafkan tapi untuk bersamanya saya tidak mungkin bisa. Saya bukan power ranger yang punya kekuatan sekuat baja. Dan kalau seperti yg orang bilang hatinya baik walaupun mulutnya jahat. Iya sih, tapi saya kan jalani hubungan bukan dengan hatinya saja tp dengan mulutnya juga. Diumur saya yang belasan tahun itu , itu adalah pengalaman berharga saya. Saya bersyukur dengan keputusan saya. Dan itu pembelajaran saya untuk lebih terbuka terhadap orang lain apabila ada yg menyinggung saya. Karena saya tau orang lain belum tentu tahu apa yang kita rasakan. tapi tentunya orang yang baik sekalipun akan mempunyai limit kesabaran. Maka dari itu belajar untuk menghargai perasaan orang lain karena kita tidak pernah tahu dan sadar mungkin banyak yang tersakiti oleh kita.
"Even the nicest people have their limits" -MeztyMez-
